Siklus Rankine adalah siklus daya uap yang digunakan untuk menghitung
atau memodelkan proses kerja mesin uap / turbin uap. Siklus ini bekerja
dengan fluida kerja air. Semua PLTU (pembangkit listrik tenaga uap)
bekerja berdasarkan prinsip kerja siklus Rankine. Siklus Rankine pertama
kali dimodelkan oleh: William John Macquorn Rankine, seorang ilmuan
Scotlandia dari Universitas Glasglow. Untuk mempelajari siklus Rankine,
terlebih dahulu kita harus memahami tentang T-s diagram untuk air.
Berikut ini adalah T-s diagram untuk air.
Gambar 1 diagram T-s untuk air
(sumber : NBS/NRC Steam Tables/1 by Lester Haar, John S. Gallagher, and George S. Kell )
T-s diagram adalah diagram yang menggambarkan hubungan antara
temperatur (T) dengan entropi (s) fluida pada kondisi tekanan, entalpi,
fase dan massa jenis tertentu. Jadi pada diagram T-s terdapat
besaran-besaran tekanan, massa jenis, temperatur, entropi, entalpi dan
fase fluida.
Sumbu vertikal T-s diagram menyatakan skala temperatur dan sumbu
horizontal menyatakan entropi. Terdapat 2 sistem satuan untuk T-s
diagram yaitu sistem satuan internasional seperti pada gambar 1 dan
sistem satuan Inggris. Menggunakan diagram ini perlu diperhatikan sistem
satuan yang digunakan. Selain itu masing-masing jenis fluida mempunyai
diagram T-s nya sendiri-sendiri dan berbeda satu dengan lainnya.
Misalnya T-s diagram untuk air tidak akan sama dengan T-s diagram untuk
freon R12 dan tidak akan sama dengan T-s diagram untuk amoniak.
Selain diagram T-s juga dikenal Mollier diagram atau h-s diagram. Berikut ini adalah h-s diagram untuk air.
Gambar 2 h-s diagram untuk air
(sumber : NBS/NRC Steam Tables/1 by Lester Haar, John S. Gallagher, and George S. Kell )
Diagram h-s menggambarkan hubungan antara energi total (entalpi (h))
dengan entropi (s). Sama seperti diagram T-s, untuk setiap fluida
memiliki diagram h-s nya sendiri-sendiri. Kedua diagram ini dapat
digunakan untuk menghitung kinerja pembangkit listrik tenaga uap dengan
menggunakan siklus Rankine.
Bagian-bagian T-s diagram dapat dilihat pada gambar 3 berikut ini.
Gambar 3 bagian-bagian T-s diargam
Pada T-s diagram terdapat garis lengkung berbentuk kubah yang disebut
kubah uap. Puncak kubah uap ini terdapat sebuah titik yang disebut
titik kritis. Bila fluida dipanaskan pada tekanan kritis yaitu tekanan
pada titik kritis ini, maka pada saat temperatur fluida mencapai
temperatur kritisnya, semua molekul fluida akan berubah secara cepat
dari fase cair menjadi fase gas (uap) tanpa ada proses penyerapan panas
laten (panas penguapan) oleh sebab itu titik ini disebut titik kristis
fluida. Untuk air, titik kritis berapa pada tekanan 218 atm (22,064 MPa)
dan temperatur 374 oC. Jadi bila air dipanaskan pada tekanan 22,064 Mpa atau 218 atm, maka ketika temperatur air mencapai 374 oC,
secara cepat air akan berubah langsung dari fase cair menjadi fase gas
tanpa melalui proses penyerapan energi untuk proses penguapan.
Dari titik kristis ke arah kanan mengikuti garis kubah uap disebut
garis uap jenuh. Bila fluida berada pada kondisi tekanan dan temperatur
yang sesuai dengan garis ini, maka fluida tersebut berada pada kondisi
100% uap jenuh. Dari titik kristis ke arah kiri mengikuti garis kubah
uap, disebut garis cair jenuh. Pada garis ini fluida memiliki fase cair
100%.
Di dalam kubah uap adalah daerah panas laten yaitu panas penguapan
atau panas pengembunan. Pada daerah ini fluida berada dalam kondisi 2
fase yaitu fase cair dan fase gas bercampur menjadi satu. Kadar uap
dapat ditentukan dari garis kadar uap.
Daerah di atas kubah uap di sebelah kanan adalah daerah uap panas lanjut ( superheated steam
). Sedangkan daerah di sebelah kiri di luar kubah uap disebut daerah
dingin lanjut. Untuk uap jenuh, sifat-sifat termodinamika uap dapat
ditentukan hanya dengan mengunakan temperatur atau tekanannya saja,
tetapi untuk menentukan sifat-sifat termodinamika uap pada kondisi panas
lanjut dan dingin lanjut harus diketahui tekanan dan temperatur uap.
Bila kita memanaskan air dari kondisi cair misalnya pada tekanan konstan 1 atm dan mulai dari temperatur 18 oC hingga temperatur 230 oC, maka pada diagram T-s dapat digambar sebagai berikut.
Gambar 4 proses pemanasan air dari 18 oC hingga 230 oC pada tekanan 1 atm (101,325 kPa)
Proses pemanasan air dapat digambarkan pada diagram T-s seperti pada
gambar 4 di atas. Pada tekanan 1 atm , air dengan temperatur awal 18 oC
memiliki entropi 0,28 kJ/kg.K, bila dipanaskan maka temperatur air akan
naik mengikuti garis tekanan konstan hingga mencapai titik temperatur
didih yaitu untuk tekanan 1 atm titik didih air adalah 99,98 oC.
atau entropi air bertambah dari 0,28 kJ/kg.K menjadi 1,3 kJ/kg.K.
Entalpi air bertambah dari 82 kJ/kg menjadi 418 kJ/kg. ini adalah energi
total (entalpi) yang dibutuhkan untuk memanaskan air dari kondisi cair
pada temperatur 18oC menjadi air siap mendidih (berubah fase) pada temperatur 99,98 oC. Pada diagram T-s proses mengikuti garis A-B.
Bila panas terus diberikan, temperatur air tidak akan naik tetapi
terjadi perubahan fase air dari fase cair menjadi fase gas. Perubahan
fase ini mengikuti garis B-C. Pada proses ini terjadi penyerapan kalor
(energi) yang digunakan untuk mengubah fase zat, pada kondisi temperatur
konstan. Energi yang diserap ini tidak dapat di ukur dengan mengunakan
termometer karena temperatur fluida tidak berubah. Oleh sebab itu,
proses ini disebut proses penyerapan panas laten (non sensibel heat).
Pada proses ini entropi air bertambah dari 1,3 kJ/kg.K menjadi 7,6
kJ/kg.K. Proses terus berlanjut hingga titik C yaitu titik yang tepat
berada pada garis uap jenuh. Pada titik C semua molekul air telah
berubah menjadi fase gas. Antara titik B dan titik C adalah kondisi 2
fase yaitu campuran gas dan cair. Kadar uap dalam campuran ini disebut
faktor kebasahan atau sering disingkat dengan huruf X. besar faktor
kebasahan dapat dihitung dengan mengunakan rumus :
Keterangan :
X : faktor kebasahan (%) menyatakan persentase uap
hg(t) : entalpi uap pada temperatur fluida tertentu (kJ/kg)
hf : entalpi cair (kJ/kg)
hfg : entalpi perubahan dari cair ke gas (kJ/kg)
sg(t) : entropi uap pada temperatur fluida tertentu (kJ/kg.K)
sf : entropi cair (kJ/kg.K)
sfg : entropi perubahan dari cair ke gas (kJ/kg.K)
misalkan pada proses pemanasan air di atas, kita hendak mengetahui
berapa kadar uap pada saat entropi air = 4 kJ/kg.K, maka kadar uap dapat
dihitung :
Artinya pada saat entropi fluida mencapai 4 kJ/kg.K kadar uap dalam campuran adalah 44,6 %.
Angka ini dapat dengan mudah ditentukan melalui T-s diagram.
Pada titik C air berada dalam kondisi uap jenuh atau 100 % uap. Bila
energi (panas) terus diberikan maka uap jenuh akan berubah menjadi uap
panas lanjut. Pada proses pemanasan uap panas lanjut, tekanan dan
temperatur fluida akan naik. Tetapi bila proses pemanasan ini dilakukan
pada tekanan konstan maka akan mengikuti garis C-D.
Proses yang telah kita bahas ini adalah proses sederhana yang
berlangsung pada saat kita memanaskan air. Proses ini hampir sama dengan
proses yang terjadi di dalam boiler pada unit pembangkit uap di PLTU.
Siklus Rankine Ideal Sederhana
Siklus Rankine ideal sederhana terdiri dari :
- Boiler sebagai alat pembangkit uap
- Turbin uap sebagai alat mengubah uap menjadi kerja
- Kondensor sebagai alat pengembun uap
- Pompa boiler sebagai alat memompa air ke boiler
Skema siklus Rankine ideal sederhana dapat dilihat pada gambar 5 berikut ini.
Gambar 5 skema siklus Rankine ideal sederhana
Skema pada gambar 5 dapat digambarkan garis kerjanya pada diagram T-s seperti pada gambar 6 berikut ini.
Keterangan gambar 6 :
Proses 1 – 2 adalah proses pada tekanan konstan yang berlangsung pada boiler. Pada proses ini kalor masuk ke dalam sistem (Qin).
Proses 2 – 3 adalah proses ekspansi isentropis (adiabatis reversibel)
yang berlangsung di dalam turbin uap. Pada proses ini terjadi kerja
keluar sistem (Wout)
Proses 3 – 4 adalah proses pada tekanan konstan yang berlangsung di
dalam kondensor. Pada proses ini kalor keluar dari sistem (pembuang
kalor) (Qout).
Proses 4 – 1 adalah proses penekanan secara isentropis oleh pompa. Pada proses ini kerja masuk ke dalam sistem (Win).
Pada siklus Rankine ideal sederhana. Air dipompa oleh pompa pengisi
boiler ke dalam boiler. Pompa yang bertugas untuk memompakan air ke
dalam boiler disebut feed water pump. Pompa ini harus dapat
menekan air ke boiler dengan tekanan yang cukup tinggi (sesuai dengan
tekanan kerja siklus). Secara ideal pompa bekerja menurut proses
isentropis (adiabatis reversibel) dan secara aktual pompa bekerja
menurut proses adiabatis irreversibel.
Di dalam boiler, air yang bertekanan tinggi dipanaskan hingga menjadi uap panas lanjut, prosesnya adalah sebagai berikut:
- Ekonomiser, air pertama-tama masuk ke ekonomiser. Ekonomier berfungsi sebagai pemanas awal. Sesuai namanya alat ini berfungsi untuk meningkatkan efisiensi boiler dengan cara menggunakan panas sisa gas buang untuk memanaskan awal air yang masuk ke boiler.
- Evaporator, dari ekonomiser, air masuk ke drum penampung air di evaporator. Di dalam evaporator air dipanaskan melalui pipa-pipa evaporasi hingga berubah menjadi uap. Uap air yang keluar dari evaporator adalah uap jenuh.
- Superheater, selanjutnya uap jenuh dari evaporator masuk ke superheater. Superheater adalah alat penukar kalor yang dirancang khusus untuk memanaskan uap jenuh menjadi uap panas lanjut dengan menggunakan gas panas hasil pembakaran. Uap panas lanjut yang keluar dari superheater siap digunakan untuk memutar turbin uap.
Uap panas lanjut dari boiler kemudian dialirkan ke turbin uap melalui
pipa – pipa uap. Di dalam turbin uap , uap panas lanjut diekspansikan
dan digunakan untuk memutar rotor turbin uap. Proses ekspansi di dalam
turbin uap berlangsung melalui beberapa tahap yaitu :
1. Proses ekspansi awal di dalam turbin tekanan tinggi (roda Curtis)
Uap panas lanjut yang bertekanan tinggi diekspansikan di nosel dan
kemudian digunakan untuk memutar roda Curtis. Roda Curtis adalah turbin
uap jenis turbin implus. Pada roda Curtis terjadi penurunan tekanan yang
signifikan.
2. Proses ekspansi pada turbin tingkat menengah.
Turbin tingkat menengah menggunakan turbin jenis reaksi dan tersusun atas beberapa tingkat turbin.
3. Proses ekspansi tingkat akhir.
Pada tingkat akhir ini uap terus diekspansikan hingga tekanan sangat
rendah (biasanya dibawah tekanan atmosfir ) dengan bantuan kondensor.
Putaran poros yang dihasilkan dari proses ekspansi uap panas lanjut
di dalam turbin digunakan untuk memutar beban. Beban dapat berupa
generator listrik seperti di PLTU atau propeler (baling-baling) untuk
menggerak kapal.
Uap tekanan rendah dari turbin uap mengalir ke kondensor. Di dalam
kondensor, uap didinginkan dengan media pendingin air hingga berubah
fase menjadi air. Kemudian air ditampung di dalam tangki dan dipisahkan
dari gas-gas yang tersisa dan siap untuk dipompa ke dalam boiler oleh
pompa pengisi boiler. Proses ini terus berlanjut dan berulang membentuk
sebuah siklus yang disebut siklus Rankine.
Pada siklus Rankine ideal. Ke 4 alat dianggap bekerja pada kondisi Steady flow. Sehingga persamaan energi untuk kondisi steady flow dapat ditulis :
Beberapa proses yang berlangsung pada masing-masing alat adalah :
Kerja pompa :
Kalor masuk ke boiler :
Kerja yang dihasilkan turbin uap :
Kalor yang dibuang oleh kondensor :
Efisiensi thermal siklus Rankine ideal sederhana dapat dihitung :
Dimana : Untuk
menghitung kinerja siklus Rankine, diperlukan tabel sifat-sifat air dan
uap air. Berikut ini tabel sifat-sifat air dan uap air.
Untuk uap jenuh variabel tetap temperatur air :
Untuk uap jenuh dengan variabel tetap tekanan
data lengkap tentang sifat-sifat termodinamika untuk beberapa fluida dapat didownload pada link berikut ini : http://www.4shared.com/web/preview/doc/FKLvf9Fqba. atau http://www.2shared.com/document/oNTrxxp1/appdxs1_2.html
Contoh soal
Sebuah siklus Rankine sederhana ideal bekerja pada temperatur 400 oC
dan tekanan 80 bar. Tekanan kondensor 0,1 bar. Aliran massa uap yang
masuk ke turbin 100 kg/s. Hitunglah kerja turbin, kerja pompa, kalor
masuk, kalor keluar dan efisiensi siklus. daya yang dihasilkan turbin
dan daya netto siklus.
Jawab
Pertama-tama gambarkan skema siklus Rankine sederhana dan lengkapi dengan data-data yang ada di dalam soal
Gambar 7 data dari soal
Ditanya : kerja turbin (Wt); Kerja pompa (Wp), kalor masuk (Qin), kalor keluar (Qout), efisiensi termodinamika (ηth), daya turbin (Pt) dan daya netto siklus (Pnett).
Dari tabel sifat-sifat uap panas lanjut di dapat :
Entalpi uap masuk ke turbin : h1 = 3139,4 kJ/kg
Entropi uap masuk ke turbin : s1 = 6,3658 kJ/kg.K
Entropi uap keluar turbin sama dengan entropi uap masul turbin (proses ideal atau isentropis) sehingga s1 = s2 = 6,3658 kJ/kg.K
Dari tabel uap jenuh, pada tekanan 0,1 bar (10 kPa) didapat :
Entalpi fase uap (hg2) = 2583,9 kJ/kg
Entalpi fase cair (hf2) = 191,81 kJ/kg
Entalpi perubahan fase (hfg2) = 2392,1 kj/kg
Entropi fase uap (sg1) = 8,1488 kJ/kg.K
Entropi fase cair (sf2) = 0,6492 kJ/kg.K
Entropi perubahan fase (sfg2) = 7,4996 kJ/kg.K
Fraksi (kadar) uap (X) dapat dihitung :
Artinya
kadar uap yang keluar dari turbin menuju kondensor adalah 76,22 % atau
fluida yang keluar dari turbin 76,22 % uap dan 23.78 % cair. Bagian yang
cair ini tidak perlu lagi diembunkan, tetapi 76,22 % uap ini yang harus
dibuang kalornya supaya fasenya berubah menjadi cair. Maka energi total
yang terkandung di dalam 76,22% uap dapat dihitung :
Maka kerja turbin dapat dihitung yaitu :
Daya turbin adalah :
h3 adalah entalpi air yang keluar dari kondensor = 191,81 kJ/kg
maka kalor yang dibuang oleh kondensor adalah :
ν = volume jenis air pada tekanan 0,1 bar = 0,00101 m3/kg
p4 = tekanan air keluar pompa = tekanan boiler (proses ideal tidak ada rugi-rugi tekanan) maka p4 = p1 = 400 bar = 40 Mpa.
p3 = tekanan air masuk pompa = tekanan air keluar kondensor, untuk proses ideal tidak ada rugi-rugi tekanan sehingga p3 = 0,1 bar = 10 kPa
maka kerja pompa :
h1 = entalpi uap panas lanjut keluar dari boiler = 3139,4 kJ/kg
h4 = entalpi air keluar pompa yang besarnya = entalpi air masuk pompa + kerja pompa, maka h4 = 191,81 + 40,3899 = 232,1999 kJ/kg
maka kalor yang masuk ke sistem adalah :
Daya yang dihasilkan Boiler : PB = 2900,2 kJ/kg x 100 kg/s = 290.020 kW = 290,02 MW
Efisiensi termodinamika siklus adalah :
Dari hasil perhitungan dapat dilihat hanya 37,37 % dari daya yang
diberikan ke dalam boiler yang dapat diubah menjadi energi mekanis,
sisanya hilang atau dibuang ke alam melalui kondensor dan ada sebagian
kecil yang digunakan untuk mengerakan pompa.
Source : djukarna.wordpress.com
0 komentar:
Posting Komentar