Heat pump atau pompa kalor adalah suatu sistem yang
dapat menyerap kalor dari suatu tempat kemudian membuangnya di tempat lain.
Pompa kalor dapat digunakan sebagai pendingin jika memanfaatkan sisi penyerapan
kalor , inilah yang disebut dengan sistem refrigerasi. Sebaliknya pompa kalor juga dapat digunakan
sebagai pemanas jika memanfaatkan sisi pembuangan kalornya. Contoh sederhana
pompa kalor adalah air conditioner. Air conditioner menyerap kalor yang ada
diruangan kemudian membuangnya ke luar ruangan.
Untuk memahami prinsip pompa
kalor maka analogi pompa air dapat digunakan karena secara prinsip keduanya
tidak berbeda. Air secara alami akan
mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Untuk mengalirkan air
dari tempat yang rendah ke tempat yang tinggi dibutuhkan suatu alat
(pompa) dan usaha/kerja/energi dari luar
(mekanik). Dengan menggunakan pompa maka air yang ada di tempat yang lebih
dapat dihisap dan dikeluarkan di tempat yang lebih tinggi.
Pada kalor pun terjadi hal yang sama. Kalor
secara alami mengalir/berpindah dari temperatur yang tinggi ke temperatur yang
rendah. Tinggi atau rendahnya temperatur merupakan salah satu indikasi besarnya
energi kalor yang dimiliki suatu zat. Semakin tinggi temperatur maka semakin
tinggi energi kalornya. Untuk memindahkan kalor dari tempat yang temperaturnya
lebih rendah maka dibutuhkan sistem pompa kalor. Seperti halnya pompa air,
untuk menyerap kalor dan membuang kalor dibutuhkan kerja/usaha/energi dari
luar. Biasanya proses pompa kalor digambarkan seperti dibawah ini.
Dimana Ts
adalah suhu lingkungan, Tc adalah temperatur pada sisi penyerapan
kalor, Th adalah temperatur pada sisi pembuangan kalor, W adalah
kerja dari luar, Qc adalah kalor yang terserap dan Qh
adalah kalor yang dibuang.
Pada saat tidak ada W yang bekerja maka temperatur Ts, Tc, dan Th adalah sama (Ts=Th=Tc) dan tidak ada proses perpindahan kalor diantaranya. Begitu ada kerja W dijalankan maka Tc menjadi lebih rendah dibandingkan dengan Ts. Oleh karena itu energi kalor yang berada di sekitarnya terserap oleh sistem ini. Kalor yang terserap ini dibuang ke sisi Qh sehingga temperatur Th menjadi lebih besar dari Ts. Pada keadaan ini maka Tc < Ts < Th. Hubungan antara kalor yang diserap dan dibuang mengikuti persamaan:
Untuk menunjukkan sebarapa baik performa
dari suatu pompa kalor, maka dikenal dengan istilah COP (Coefficient of
Performance) atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan koefisien kinerja. COP
ini merupakan perbandingan antara output yang digunakan dengan input yang
diberikan. Pada pompa kalor, input adalah kerja dan output dapat merupakan
penyerapan kalor atau pembuangan kalor. Jika pompa kalor digunakan sebagai
pendingin (Refrigerasi) maka output adalah penyerapan kalor. Sebaliknya, jika
pompa kalor digunakan sebagai pemanas (heater) maka outputnya adalah pembuangan
kalor. Oleh karena itu COP diekspresikan dengan:
- Untuk pendingin:
oleh karena
maka:
- Untuk Pemanas
atau
Dua jenis sistem
pompa kalor yang sudah di komersilkan secara luas adalah sistem refrigerasi
kompresi uap (SRKU) dan thermoelectric. SRKU merupakan sistem yang paling
banyak ditemui di dalam kehidupan sehari-hari, sepeti Air conditioner (AC) dan
lemari es. Keunggulan dari SRKU adalah COPnya yang sangat tinggi. Hal inilah
yang menyebabkan teknologi ini belum bisa digantikan oleh teknolgi lain.
Walaupun demikian, SRKU membutuhkan banyak komponen dan kurang bisa diterapkan
di tempat yang kecil.
Jenis pompa kalor thermoelectric sering dijumpai sebagai pendingin
elektronik seperti prosesor. Keunggulan teknologi ini adalah ukurannya
yang kecil , sangat mudah diterapkan dan cukup dicatu dengan listrik
searah (DC). Namun COPnya masih sangat kecil dibandingkan dengan SRKU.
Sebenarnya
ada beberapa jenis lain yang dapat digunakan sebagai sistem pompa kalor
namun sulit untuk dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, yaitu: sistem
refrigerasi absorpsi, thermoacoustic, thermomagnetic, dan tabung vortex.
Oleh: Tri Ayodha Ajiwiguna
0 komentar:
Posting Komentar