Sabtu, 02 Mei 2015
PRINSIP KERJA MESIN 4 TAK (MESIN 4 LANGKAH)
Mesin 4 tak itu mesin yang melunasi 4 siklus mesin bakar dengan
melakukan 2 putaran kruk as/crankshaft. Mesin ini berputar 2 kali atau
720 derajat untuk melakukan 4 siklus, sehingga 1 putaran kruk
as/crankshaft (360 derajat) melakukan 2 siklus. Dimana, mesin ini kurang
responsif dibandingkan mesin 2 tak tetapi mesin ini lebih effisien.
Mesin ini lebih ramah lingkungan karena mesin ini hanya meminum bensin
saja, tidak ada oli samping. Mesin ini mengeluarkan tenaga relatif di
putaran/RPM lebih rendah dibandingkan mesin 2 tak, dan tenaga yang
dikeluarkan lebih rendah juga.
Mesin ini menggunakan klep/valve yang digerakan oleh noken as yang
tidak dipakai oleh mesin 2 tak, sehingga semua siklus yang harus
dilakukan lebih sempurna. Pada mesin motor, oli mesin 4 tak menjadi 1
untuk melumasi keseluruhan mesin dan transmisi pada mobil tetap terpisah
karena saluran oli mesin dan transmisi terpisah.
Mari kita bahas lebih dalam tentang siklusnya mesin 4 tak.
Langkah ke 1
Piston bergerak dari TMA ke TMB, posisi katup masuk terbuka dan katup
keluar tertutup, mengakibatkan udara (mesin diesel) atau gas (sebagian
besar mesin bensin) terhisap masuk ke dalam ruang bakar. Proses udara
atau gas sebelum masuk ke ruang bakar dapat dilihat pada sistem
pemasukkan.
Langkah ke 2
Piston bergerak dari TMB ke TMA, posisi katup masuk dan keluar
tertutup, mengakibatkan udara atau gas dalam ruang bakar terkompresi.
Beberapa saat sebelum piston sampai pada posisi TMA, waktu penyalaan (timing ignition) terjadi (pada mesin bensin berupa nyala busi sedangkan pada mesin diesel berupa semprotan (suntikan) bahan bakar).
Langkah ke 3
Gas yang terbakar dalam ruang bakar akan meningkatkan tekanan dalam
ruang bakar, mengakibatkan piston terdorong dari TMA ke TMB. Langkah ini
adalah proses yang akan menghasilkan tenaga.
Langkah ke 4
Piston bergerak dari TMB ke TMA, Posisi katup masuk terutup dan katup
keluar terbuka, mendorong sisa gas pembakaran menuju ke katup keluar
yang sedang terbuka untuk diteruskan ke lubang pembuangan.
Kesimpulannya mari kita lihat dalam tabel dibawah ini.
PERBEDAAN 2 TAK DAN 4 TAK
2 TAK
|
4 TAK
|
|
a. Dalam 1 siklus pembakaran hanya membutuhkan 1 putaran mesin | a. dalam 1 siklus pembakaran membutuhkan 2 putaran mesin | |
b. memakai membrane sebagai pengganti klep/valve | b. menggunakan klep/valve | |
c. tidak menggunakan noken as/camshaft | c. menggunakan noken as/camshaft | |
d. memiliki kompresi primer dan sekunder | d. hanya memiliki kompresi primer | |
e. lebih responsif / akselerasi bagus | f. kurang responsif / akselerasi kurang dari pada mesin 2 tak | |
f. menggunakan oli samping yang tercampur dengan bensin untuk pelumasan kruk as / crankshaft | g. hanya menggunakan oli dan tidak tercampur oleh bensin untuk pelumasan kruk as / crankshaft | |
Sekarang teman-teman sudah taukan gimana mesin 2 tak dan mesin 4 tak, dan perbedaan dari masing-masing mesin.
PRINSIP KERJA MESIN 2 TAK (MESIN 2 LANGKAH)
Kembali lagi dengan fastnlow, disini kita akan memberi ilmu
tentang perbedaan mesin 2 tak dan 4 tak. Teman-teman sering dengar kan 2
tak dan 4 tak. Mungkin beberapa dari teman-teman sedikit bingung gimana
sih 2 tak dan 4 tak, apa bedanya.
Mesin 2 Tak
Pertama-tama, sebelum membahas lebih dalam tentang 2 tak dan 4 tak, dalam mesin itu terdapat 4 siklus yaitu siklus hisap/intake, siklus kompresi/compression, siklus ledak/power dan siklus buang/exhaust. Kita bakal membahas 2 terlebih dahulu. Dalam mesin 2 tak, 1 kali putaran kruk as/crankshaft (360 derajat) terdapat 4 siklus, jadi setengah putaran (180 derajat) melakukan 2 siklus. Dimana, pada mesin 2 tak tidak memakai klep/valve dan noken as/camshaft seperti di mesin 4 tak, sebagai gantinya mesin 2 tak memakai membran yang berada setelah karburator.
Selain itu, karena mesin 2 tak dalam 1 putaran kruk as/crankshaft melaksanakan 4 siklus, mesin 2 tak ini lebih responsif dan akselerasinya bagus. Akan tetapi, mesin ini mengeluarkan tenaga yang besar pada saat putaran/RPM tinggi sehingga membuat mesin ini meminum bahan bakar yang lumayan banyak, akan tetapi mesin ini menghasilkan tenaga yang lebih besar dibandingkan mesin 4 tak. Minuman mesin ini tak hanya bensin, tetapi mesin ini minta bensin tersebut dioplos dengan oli khusus yang biasa disebut oli samping untuk sekalian melumasi bagian dalam mesin. Jadi oli mesin hanya melumasi bagian transmisi. Itu lah kenapa mesin 2 tak fogging atau berasap knalpotnya, karena membakar oli samping.
Mesin 2 tak cenderung lebih kecil dan ringan dibandingkan mesin 4 tak, sehingga rasio berat terhadap tenaga (power to weight ratio) mesin dua tak lebih baik dibandingkan mesin empat tak. Itu sedikit tentang mesin 2 tak, mari kita buka lebih dalam bagaimana siklus 2 tak.
Langkah ke 1
Piston bergerak dari TMA ke TMB.
Piston bergerak dari TMB ke TMA.
source: http://fastnlow.net
Mesin 2 Tak
Pertama-tama, sebelum membahas lebih dalam tentang 2 tak dan 4 tak, dalam mesin itu terdapat 4 siklus yaitu siklus hisap/intake, siklus kompresi/compression, siklus ledak/power dan siklus buang/exhaust. Kita bakal membahas 2 terlebih dahulu. Dalam mesin 2 tak, 1 kali putaran kruk as/crankshaft (360 derajat) terdapat 4 siklus, jadi setengah putaran (180 derajat) melakukan 2 siklus. Dimana, pada mesin 2 tak tidak memakai klep/valve dan noken as/camshaft seperti di mesin 4 tak, sebagai gantinya mesin 2 tak memakai membran yang berada setelah karburator.
Selain itu, karena mesin 2 tak dalam 1 putaran kruk as/crankshaft melaksanakan 4 siklus, mesin 2 tak ini lebih responsif dan akselerasinya bagus. Akan tetapi, mesin ini mengeluarkan tenaga yang besar pada saat putaran/RPM tinggi sehingga membuat mesin ini meminum bahan bakar yang lumayan banyak, akan tetapi mesin ini menghasilkan tenaga yang lebih besar dibandingkan mesin 4 tak. Minuman mesin ini tak hanya bensin, tetapi mesin ini minta bensin tersebut dioplos dengan oli khusus yang biasa disebut oli samping untuk sekalian melumasi bagian dalam mesin. Jadi oli mesin hanya melumasi bagian transmisi. Itu lah kenapa mesin 2 tak fogging atau berasap knalpotnya, karena membakar oli samping.
Mesin 2 tak cenderung lebih kecil dan ringan dibandingkan mesin 4 tak, sehingga rasio berat terhadap tenaga (power to weight ratio) mesin dua tak lebih baik dibandingkan mesin empat tak. Itu sedikit tentang mesin 2 tak, mari kita buka lebih dalam bagaimana siklus 2 tak.
Langkah ke 1
Piston bergerak dari TMA ke TMB.
- Saat bergerak dari TMA ke TMB, piston akan menekan ruang bilas yang berada di bawahnya. Semakin jauh piston meninggalkan TMA menuju TMB akan semakin meningkat pula tekanan di ruang bilas.
- Pada titik tertentu, piston (ring piston) akan melewati lubang pembuangan gas dan lubang pemasukan gas. Posisi masing-masing lubang tergantung dari desain perancang. Umumnya ring piston akan melewati lubang pembuangan terlebih dahulu.
- Pada saat ring piston melewati lubang pembuangan, gas di dalam ruang bakar keluar melalui lubang pembuangan.
- Pada saat ring piston melewati lubang pemasukan, gas yang tertekan di dalam ruang bilas akan terpompa masuk ke dalam ruang bakar, sekaligus mendorong keluar gas yang ada di dalam ruang bakar menuju lubang pembuangan.
- Piston terus menekan ruang bilas sampai titik TMB, sekaligus memompa gas dalam ruang bilas menuju ke dalam ruang bakar.
Piston bergerak dari TMB ke TMA.
- Saat bergerak dari TMB ke TMA, piston akan menghisap gas hasil percampuran udara, bahan bakar dan pelumas ke dalam ruang bilas. Percampuran ini dilakukan oleh karburator atau sistem injeksi.
- Saat melewati lubang pemasukan dan lubang pembuangan, piston akan mengkompresi gas yang terjebak di dalam ruang bakar.
- Piston akan terus mengkompresi gas dalam ruang bakar sampai TMA.
- Beberapa saat sebelum piston sampai di TMA, busi akan menyala untuk membakar gas dalam ruang bakar. Waktu nyala busi tidak terjadi saat piston sampai ke TMA, melainkan terjadi sebelumnya. Ini dimaksudkan agar puncak tekanan akibat pembakaran dalam ruang bakar bisa terjadi saat piston mulai bergerak dari TMA ke TMB, karena proses pembakaran membutuhkan waktu untuk bisa membuat gas terbakar dengan sempurna oleh nyala api busi.
source: http://fastnlow.net
Prinsip Kerja AC (Air Conditioner)
Secara garis besar prinsip kerja air conditioner adalah sebagai berikut:
1. Udara di dalam ruangan dihisap oleh kipas sentrifugal yang ada
dalam evaporator dan udara bersentuhan dengan pipa coil yang berisi
cairan refrigerant. Dalam hal ini refrigerant akan menyerap panas udara
sehingga udara menjadi dingin dan refrigerant akan menguap dan
dikumpulkan dalam penampung uap.
2. Tekanan uap yang berasal dari evaporator disirkulasikan menuju
kondensor, selama proses kompresi berlangsung, temperatur dan tekanan
uap refrigerant menjadi naik dan ditekan masuk ke dalam kondensor.
3. Untuk menurunkan tekanan cairan refrigerant yang bertekanan tinggi
digunakan katup ekspansi untuk mengatur laju aliran refrigerant yang
masuk dalam evaporator.
4. Pada saat udara keluar dari condensor udara menjadi panas. Uap
refrigerant memberikan panas kepada udara pendingin dalam condensor
menjadi embun pada pipa kapiler. Dalam mengeluarkan panas pada
condensor, dibantu oleh kipas propeller.
5. Pada sirkulasi udara dingin terus-menerus dalam ruangan, maka
perlu adanya thermostat untuk mengatur suhu dalam ruangan atau sesuai
dengan keinginan.
6. Udara dalam ruang menjadi lebih dingin dibanding diluar ruangan
sebab udara di dalam ruangan dihisap oleh sentrifugal yang terdapat pada
evaporator kemudian terjadi udara bersentuhan dengan pipa/coill
evaporator yang didalamnya terdapat gas pendingin (freon). Di sini
terjadi perpindahan panas sehingga suhu udara dalam ruangan relatif
dingin dari sebelumnya.
7. Suhu di luar ruangan lebih panas dibanding di dalam ruangan, sebab
udara yang di dalam ruangan yang dihisap oleh kipas sentrifugal dan
bersentuhan dengan evaporator, serta dibantu dengan komponen AC lainnya,
kemudian udara dalam ruangan dikeluarkan oleh kipas udara kondensor.
Dalam hal ini udara di luar ruangan dapat dihisap oleh kipas sentrifugal
dan masuknya udara melalui kisi-kisi yang terdapat pada AC.
8. Gas refrigerant bersuhu tinggi saat akhir kompresi di condensor
dengan mudah dicairkan dengan udara pendingin pada sistem air cooled
atau uap refrigerant menyerap panas udara pendingin dalam condensor
sehingga mengembun dan menjadi cairan di luar pipa evaporator.
9. Karena air atau udara pendingin menyerap panas dari refrigerant,
maka air atau udara tersebut menjadi panas pada waktu keluar dari
kondensor. Uap refrigerant yang sudah menjadi cair ini, kemudian
dialirkan ke dalam pipa evaporator melalui katup ekspansi. Kejadian ini
akan berulang kembali seperti di atas.
Alat pada AC itu terdiri dari pompa compressor, evaporator, penukar
panas, dan katup pemuaian dan prinsip kerja siklus pendinginan udara
Dan sebagai cairan yang bersifat sebagai penghantar dari kalor yang terdapat pada udara adalah freon (diantaranya CCl2F2).
Pompa dijalankan oleh motor listrik pada kompressor sehingga menarik
uap freon yang keluar dari pembeku, memampatkannya (menaikkan tekanan)
dan meneruskannya ke penukar pasa pada tekanan tinggi. Sekarang suhu uap
freon menjadi lebih besar dari pada suhu udara di sekitar penukar
panas, sehingga uap freon akan melepaskan kalornya ke udara sekitarnya
dan uap freon mengembun menjadi cair. Bukti dari pelepasan kalor ke
udara sekitarnya adanya tangan anda merasa panas ketika mendekatkan
tangan ke sirip-sirip penukar panas pada bagian belakang AC. Freon cair
yang keluar dari kondensor menuju ke katup pemuaian. Disini, freon cair
memuai dan kelajuan pemuaiannya diatur oleh katup pemuaian. Akibat
pemuaian, freon cair akan menyerap kalor dari udara yang ada di dalam
AC, sehingga udara tersebut mendingin, sedangkan freon cair menguap. Uap
freon yang keluar dari pembeku kemudian ditarik oleh pompa kompressor
untuk mengulangi siklus berikutnya.
Proses tersebut diatas berjalan berulang-ulang sehingga menjadi suatu siklus yang disebut siklus pendinginan pada udara yang berfungsi mengambil kalor dari udara dan membebaskan kalor ini ke tempat lain semisal di luar ruangan.
Proses tersebut diatas berjalan berulang-ulang sehingga menjadi suatu siklus yang disebut siklus pendinginan pada udara yang berfungsi mengambil kalor dari udara dan membebaskan kalor ini ke tempat lain semisal di luar ruangan.
Untuk cara kerjanya sendiri, pada saat AC pertama kali dinyalakan
melalui remote, di ruangan yang sepi anda akan mendengar 1 kali bunyi
“tek”. Bunyi tersebut menandakan bahwa kompressor mulai bekerja, memompa
gas freon dari unit outdoor ke unit evaporator di Indoor untuk kemudian
disembur angin oleh kipas ke dalam ruangan. Kemudian komputer di unit
Indoor AC akan memberitahukan sensor termometer yang disebut thermostat
di unit Indoor agar suhu ruangan tersebut dapat sama dengan suhu yang
tertera di remote AC.
Apabila contoh suhu remote disetel di 24 derajat, dan suhu ruangan
sudah mencapai 24 derajat maka akan lagi terdengar bunyi “tek” lagi
dimana kompressor AC akan mati dan AC di ruangan hanya akan menyemburkan
angin saja karena gas freon tidak lagi dipompa dari unit outdoor ke
unit indoor. Pada kondisi ini pemakaian listrik akan sangat kecil karena
praktis listrik yang dibutuhkan hanya untuk kipas atau fan, thermostat,
dan lampu-lampu pada Indoor AC.
Kemudian pada saat suhu ruangan naik menjadi 25.1 (dua puluh lima
koma satu) derajat, kompressor akan kembali menyala dimana anda akan
mendengar lagi bunyi “tek”. Hal ini akan terjadi berulang-ulang selama
AC dinyalakan.
Kondisi kompressor AC yang menyala dan mati ini hanya dapat terjadi
pada saat suhu remote tercapai. Oleh sebab itu, sebaiknya anda tidak
menyetel suhu remote AC di 16 derajat. Karena ruangan anda tidak akan
mencapai suhu 16 derajat.
Ada baiknya agar anda selalu memasang suhu remote di minimal 22-23 derajat, dimana kondisi ruangan di suhu ini masih ada kemungkinan tercapai pada dini hari atau subuh sekitar pukul 03.00 atau 04.00. Hal ini akan berdampak langsung pada tagihan listrik anda per bulan. semakin sering kompressor AC dapat beristirahat, semakin hemat jugalah pemakaian listrik di rumah anda.
Ada baiknya agar anda selalu memasang suhu remote di minimal 22-23 derajat, dimana kondisi ruangan di suhu ini masih ada kemungkinan tercapai pada dini hari atau subuh sekitar pukul 03.00 atau 04.00. Hal ini akan berdampak langsung pada tagihan listrik anda per bulan. semakin sering kompressor AC dapat beristirahat, semakin hemat jugalah pemakaian listrik di rumah anda.
sumber: http://acdaikin.com/
SIKLUS DIESEL
Siklus Diesel Ideal
Diesel Cycle : The Ideal Cycle for Compression-Ignition Engines
Siklus
Diesel adalah siklus ideal untuk mesin torak pengapian-kompresi yang
pertama kali dinyatakan oleh Rudolph Diesel tahun 1890. Prinsip kerjanya
sama halnya dengan mesin torak pengapian-nyala, yang dinyatakan oleh
Nikolaus A. Otto tahun 1876, hanya perbedaan utamanya dalam hal metode
inisiasi pembakarannya. Pada mesin torak pengapian-nyala (disebut juga
mesin bensin) campuran udara-bahan bakar dikompresi ke temperatur di
bawah temperatur pembakaran-sendiri (auto-ignition)
dari bahan bakarnya, kemudian proses pembakarannya diinisiasi oleh
percikan bunga api dari busi. Sedangkan pada mesin torak pengapian
kompresi (disebut juga mesin diesel), udara dikompresi ke temperatur di
atas temperatur auto-igniton
dari bahan bakarnya, kemudian pembakaran dimulai saat bahan bakar yang
diinjeksikan kontak dengan udara panas tersebut. Jadi, pada mesin
diesel, busi dan karburator digantikan oleh peranan penginjeksi bahan
bakar (fuel-injector).
Siklus
diesel ideal menggunakan asumsi berikut: (1) fluida kerja udara-standar
yang berprilaku seperti gas ideal; (2) penambahan kalor berlangsung
pada proses tekanan konstan yang dimulai saat piston berada pada titik
mati atas. Siklusnya sendiri seperti terlihat pada diagram P-v dan T-s
di samping. Siklus tersebut terdiri dari empat buah proses berantai
yang reversibel secara internal. Proses 1-2 kompresi isentropik, Proses
2-3 penambahan kalor, pada siklus Otto kalor dipindahkan ke fluida kerja
pada volume konstan, sedangkan pada siklus diesel, kalor dipindahkan ke fluida kerja pada tekanan konstan.
Proses 3-4 ekspansi isentropik, dan Proses 4-1 pelepasan kalor pada
volume konstan, di mana kalor keluar dari udara ketika piston berada
pada titik mati bawah.
Efisiensi siklus Diesel berbeda dengan effisiensi siklus Otto, di mana nth,Otto > nth,Diesel. Ini berlaku untuk siklus yang keduanya beroperasi pada rasio kompresi yang sama. Seperti terlihat pada diagram nth,Diesel-r
di samping, semakin tinggi rasio kompresi maka efisiensi akan semakin
tinggi pula. Effisiensi siklus Diesel tergantung dari besarnya rasio cut-off, di mana bila rasio cut-off turun, maka efisiensi siklus Diesel akan naik. Efisiensi siklus Diesel dan Otto akan identik bila rasio cut-off sama dengan 1 (rc = 1).
Mesin
Diesel bekerja pada rasio kompresi yang lebih tinggi daripada mesin
bensin tetapi lebih efisien. Ini dikarenakan pada mesin Diesel bahan
bakar terbakar seluruhnya walaupun bekerja pada putaran mesin yang
rendah sekalipun. Karena lebih efisien dan rendahnya pemakaian bahan
bakar (irit BBM), mesin Diesel dipilih untuk aplikasi kendaraan berat
(mesin yang membutuhkan daya yang besar) seperti mesin kereta api (locomotive), unit pembangkit daya (generator-set), kapal laut pengangkut, truk/trailer berat, dll.
SIKLUS RANKINE
Siklus Rankine adalah siklus daya uap yang digunakan untuk menghitung
atau memodelkan proses kerja mesin uap / turbin uap. Siklus ini bekerja
dengan fluida kerja air. Semua PLTU (pembangkit listrik tenaga uap)
bekerja berdasarkan prinsip kerja siklus Rankine. Siklus Rankine pertama
kali dimodelkan oleh: William John Macquorn Rankine, seorang ilmuan
Scotlandia dari Universitas Glasglow. Untuk mempelajari siklus Rankine,
terlebih dahulu kita harus memahami tentang T-s diagram untuk air.
Berikut ini adalah T-s diagram untuk air.
Gambar 1 diagram T-s untuk air
(sumber : NBS/NRC Steam Tables/1 by Lester Haar, John S. Gallagher, and George S. Kell )
T-s diagram adalah diagram yang menggambarkan hubungan antara
temperatur (T) dengan entropi (s) fluida pada kondisi tekanan, entalpi,
fase dan massa jenis tertentu. Jadi pada diagram T-s terdapat
besaran-besaran tekanan, massa jenis, temperatur, entropi, entalpi dan
fase fluida.
Sumbu vertikal T-s diagram menyatakan skala temperatur dan sumbu
horizontal menyatakan entropi. Terdapat 2 sistem satuan untuk T-s
diagram yaitu sistem satuan internasional seperti pada gambar 1 dan
sistem satuan Inggris. Menggunakan diagram ini perlu diperhatikan sistem
satuan yang digunakan. Selain itu masing-masing jenis fluida mempunyai
diagram T-s nya sendiri-sendiri dan berbeda satu dengan lainnya.
Misalnya T-s diagram untuk air tidak akan sama dengan T-s diagram untuk
freon R12 dan tidak akan sama dengan T-s diagram untuk amoniak.
Selain diagram T-s juga dikenal Mollier diagram atau h-s diagram. Berikut ini adalah h-s diagram untuk air.
Gambar 2 h-s diagram untuk air
(sumber : NBS/NRC Steam Tables/1 by Lester Haar, John S. Gallagher, and George S. Kell )
Diagram h-s menggambarkan hubungan antara energi total (entalpi (h))
dengan entropi (s). Sama seperti diagram T-s, untuk setiap fluida
memiliki diagram h-s nya sendiri-sendiri. Kedua diagram ini dapat
digunakan untuk menghitung kinerja pembangkit listrik tenaga uap dengan
menggunakan siklus Rankine.
Bagian-bagian T-s diagram dapat dilihat pada gambar 3 berikut ini.
Gambar 3 bagian-bagian T-s diargam
Pada T-s diagram terdapat garis lengkung berbentuk kubah yang disebut
kubah uap. Puncak kubah uap ini terdapat sebuah titik yang disebut
titik kritis. Bila fluida dipanaskan pada tekanan kritis yaitu tekanan
pada titik kritis ini, maka pada saat temperatur fluida mencapai
temperatur kritisnya, semua molekul fluida akan berubah secara cepat
dari fase cair menjadi fase gas (uap) tanpa ada proses penyerapan panas
laten (panas penguapan) oleh sebab itu titik ini disebut titik kristis
fluida. Untuk air, titik kritis berapa pada tekanan 218 atm (22,064 MPa)
dan temperatur 374 oC. Jadi bila air dipanaskan pada tekanan 22,064 Mpa atau 218 atm, maka ketika temperatur air mencapai 374 oC,
secara cepat air akan berubah langsung dari fase cair menjadi fase gas
tanpa melalui proses penyerapan energi untuk proses penguapan.
Dari titik kristis ke arah kanan mengikuti garis kubah uap disebut
garis uap jenuh. Bila fluida berada pada kondisi tekanan dan temperatur
yang sesuai dengan garis ini, maka fluida tersebut berada pada kondisi
100% uap jenuh. Dari titik kristis ke arah kiri mengikuti garis kubah
uap, disebut garis cair jenuh. Pada garis ini fluida memiliki fase cair
100%.
Di dalam kubah uap adalah daerah panas laten yaitu panas penguapan
atau panas pengembunan. Pada daerah ini fluida berada dalam kondisi 2
fase yaitu fase cair dan fase gas bercampur menjadi satu. Kadar uap
dapat ditentukan dari garis kadar uap.
Daerah di atas kubah uap di sebelah kanan adalah daerah uap panas lanjut ( superheated steam
). Sedangkan daerah di sebelah kiri di luar kubah uap disebut daerah
dingin lanjut. Untuk uap jenuh, sifat-sifat termodinamika uap dapat
ditentukan hanya dengan mengunakan temperatur atau tekanannya saja,
tetapi untuk menentukan sifat-sifat termodinamika uap pada kondisi panas
lanjut dan dingin lanjut harus diketahui tekanan dan temperatur uap.
Bila kita memanaskan air dari kondisi cair misalnya pada tekanan konstan 1 atm dan mulai dari temperatur 18 oC hingga temperatur 230 oC, maka pada diagram T-s dapat digambar sebagai berikut.
Gambar 4 proses pemanasan air dari 18 oC hingga 230 oC pada tekanan 1 atm (101,325 kPa)
Proses pemanasan air dapat digambarkan pada diagram T-s seperti pada
gambar 4 di atas. Pada tekanan 1 atm , air dengan temperatur awal 18 oC
memiliki entropi 0,28 kJ/kg.K, bila dipanaskan maka temperatur air akan
naik mengikuti garis tekanan konstan hingga mencapai titik temperatur
didih yaitu untuk tekanan 1 atm titik didih air adalah 99,98 oC.
atau entropi air bertambah dari 0,28 kJ/kg.K menjadi 1,3 kJ/kg.K.
Entalpi air bertambah dari 82 kJ/kg menjadi 418 kJ/kg. ini adalah energi
total (entalpi) yang dibutuhkan untuk memanaskan air dari kondisi cair
pada temperatur 18oC menjadi air siap mendidih (berubah fase) pada temperatur 99,98 oC. Pada diagram T-s proses mengikuti garis A-B.
Bila panas terus diberikan, temperatur air tidak akan naik tetapi
terjadi perubahan fase air dari fase cair menjadi fase gas. Perubahan
fase ini mengikuti garis B-C. Pada proses ini terjadi penyerapan kalor
(energi) yang digunakan untuk mengubah fase zat, pada kondisi temperatur
konstan. Energi yang diserap ini tidak dapat di ukur dengan mengunakan
termometer karena temperatur fluida tidak berubah. Oleh sebab itu,
proses ini disebut proses penyerapan panas laten (non sensibel heat).
Pada proses ini entropi air bertambah dari 1,3 kJ/kg.K menjadi 7,6
kJ/kg.K. Proses terus berlanjut hingga titik C yaitu titik yang tepat
berada pada garis uap jenuh. Pada titik C semua molekul air telah
berubah menjadi fase gas. Antara titik B dan titik C adalah kondisi 2
fase yaitu campuran gas dan cair. Kadar uap dalam campuran ini disebut
faktor kebasahan atau sering disingkat dengan huruf X. besar faktor
kebasahan dapat dihitung dengan mengunakan rumus :
Keterangan :
X : faktor kebasahan (%) menyatakan persentase uap
hg(t) : entalpi uap pada temperatur fluida tertentu (kJ/kg)
hf : entalpi cair (kJ/kg)
hfg : entalpi perubahan dari cair ke gas (kJ/kg)
sg(t) : entropi uap pada temperatur fluida tertentu (kJ/kg.K)
sf : entropi cair (kJ/kg.K)
sfg : entropi perubahan dari cair ke gas (kJ/kg.K)
misalkan pada proses pemanasan air di atas, kita hendak mengetahui
berapa kadar uap pada saat entropi air = 4 kJ/kg.K, maka kadar uap dapat
dihitung :
Artinya pada saat entropi fluida mencapai 4 kJ/kg.K kadar uap dalam campuran adalah 44,6 %.
Angka ini dapat dengan mudah ditentukan melalui T-s diagram.
Pada titik C air berada dalam kondisi uap jenuh atau 100 % uap. Bila
energi (panas) terus diberikan maka uap jenuh akan berubah menjadi uap
panas lanjut. Pada proses pemanasan uap panas lanjut, tekanan dan
temperatur fluida akan naik. Tetapi bila proses pemanasan ini dilakukan
pada tekanan konstan maka akan mengikuti garis C-D.
Proses yang telah kita bahas ini adalah proses sederhana yang
berlangsung pada saat kita memanaskan air. Proses ini hampir sama dengan
proses yang terjadi di dalam boiler pada unit pembangkit uap di PLTU.
Siklus Rankine Ideal Sederhana
Siklus Rankine ideal sederhana terdiri dari :
- Boiler sebagai alat pembangkit uap
- Turbin uap sebagai alat mengubah uap menjadi kerja
- Kondensor sebagai alat pengembun uap
- Pompa boiler sebagai alat memompa air ke boiler
Skema siklus Rankine ideal sederhana dapat dilihat pada gambar 5 berikut ini.
Gambar 5 skema siklus Rankine ideal sederhana
Skema pada gambar 5 dapat digambarkan garis kerjanya pada diagram T-s seperti pada gambar 6 berikut ini.
Keterangan gambar 6 :
Proses 1 – 2 adalah proses pada tekanan konstan yang berlangsung pada boiler. Pada proses ini kalor masuk ke dalam sistem (Qin).
Proses 2 – 3 adalah proses ekspansi isentropis (adiabatis reversibel)
yang berlangsung di dalam turbin uap. Pada proses ini terjadi kerja
keluar sistem (Wout)
Proses 3 – 4 adalah proses pada tekanan konstan yang berlangsung di
dalam kondensor. Pada proses ini kalor keluar dari sistem (pembuang
kalor) (Qout).
Proses 4 – 1 adalah proses penekanan secara isentropis oleh pompa. Pada proses ini kerja masuk ke dalam sistem (Win).
Pada siklus Rankine ideal sederhana. Air dipompa oleh pompa pengisi
boiler ke dalam boiler. Pompa yang bertugas untuk memompakan air ke
dalam boiler disebut feed water pump. Pompa ini harus dapat
menekan air ke boiler dengan tekanan yang cukup tinggi (sesuai dengan
tekanan kerja siklus). Secara ideal pompa bekerja menurut proses
isentropis (adiabatis reversibel) dan secara aktual pompa bekerja
menurut proses adiabatis irreversibel.
Di dalam boiler, air yang bertekanan tinggi dipanaskan hingga menjadi uap panas lanjut, prosesnya adalah sebagai berikut:
- Ekonomiser, air pertama-tama masuk ke ekonomiser. Ekonomier berfungsi sebagai pemanas awal. Sesuai namanya alat ini berfungsi untuk meningkatkan efisiensi boiler dengan cara menggunakan panas sisa gas buang untuk memanaskan awal air yang masuk ke boiler.
- Evaporator, dari ekonomiser, air masuk ke drum penampung air di evaporator. Di dalam evaporator air dipanaskan melalui pipa-pipa evaporasi hingga berubah menjadi uap. Uap air yang keluar dari evaporator adalah uap jenuh.
- Superheater, selanjutnya uap jenuh dari evaporator masuk ke superheater. Superheater adalah alat penukar kalor yang dirancang khusus untuk memanaskan uap jenuh menjadi uap panas lanjut dengan menggunakan gas panas hasil pembakaran. Uap panas lanjut yang keluar dari superheater siap digunakan untuk memutar turbin uap.
Uap panas lanjut dari boiler kemudian dialirkan ke turbin uap melalui
pipa – pipa uap. Di dalam turbin uap , uap panas lanjut diekspansikan
dan digunakan untuk memutar rotor turbin uap. Proses ekspansi di dalam
turbin uap berlangsung melalui beberapa tahap yaitu :
1. Proses ekspansi awal di dalam turbin tekanan tinggi (roda Curtis)
Uap panas lanjut yang bertekanan tinggi diekspansikan di nosel dan
kemudian digunakan untuk memutar roda Curtis. Roda Curtis adalah turbin
uap jenis turbin implus. Pada roda Curtis terjadi penurunan tekanan yang
signifikan.
2. Proses ekspansi pada turbin tingkat menengah.
Turbin tingkat menengah menggunakan turbin jenis reaksi dan tersusun atas beberapa tingkat turbin.
3. Proses ekspansi tingkat akhir.
Pada tingkat akhir ini uap terus diekspansikan hingga tekanan sangat
rendah (biasanya dibawah tekanan atmosfir ) dengan bantuan kondensor.
Putaran poros yang dihasilkan dari proses ekspansi uap panas lanjut
di dalam turbin digunakan untuk memutar beban. Beban dapat berupa
generator listrik seperti di PLTU atau propeler (baling-baling) untuk
menggerak kapal.
Uap tekanan rendah dari turbin uap mengalir ke kondensor. Di dalam
kondensor, uap didinginkan dengan media pendingin air hingga berubah
fase menjadi air. Kemudian air ditampung di dalam tangki dan dipisahkan
dari gas-gas yang tersisa dan siap untuk dipompa ke dalam boiler oleh
pompa pengisi boiler. Proses ini terus berlanjut dan berulang membentuk
sebuah siklus yang disebut siklus Rankine.
Pada siklus Rankine ideal. Ke 4 alat dianggap bekerja pada kondisi Steady flow. Sehingga persamaan energi untuk kondisi steady flow dapat ditulis :
Beberapa proses yang berlangsung pada masing-masing alat adalah :
Kerja pompa :
Kalor masuk ke boiler :
Kerja yang dihasilkan turbin uap :
Kalor yang dibuang oleh kondensor :
Efisiensi thermal siklus Rankine ideal sederhana dapat dihitung :
Dimana : Untuk
menghitung kinerja siklus Rankine, diperlukan tabel sifat-sifat air dan
uap air. Berikut ini tabel sifat-sifat air dan uap air.
Untuk uap jenuh variabel tetap temperatur air :
Untuk uap jenuh dengan variabel tetap tekanan
data lengkap tentang sifat-sifat termodinamika untuk beberapa fluida dapat didownload pada link berikut ini : http://www.4shared.com/web/preview/doc/FKLvf9Fqba. atau http://www.2shared.com/document/oNTrxxp1/appdxs1_2.html
Contoh soal
Sebuah siklus Rankine sederhana ideal bekerja pada temperatur 400 oC
dan tekanan 80 bar. Tekanan kondensor 0,1 bar. Aliran massa uap yang
masuk ke turbin 100 kg/s. Hitunglah kerja turbin, kerja pompa, kalor
masuk, kalor keluar dan efisiensi siklus. daya yang dihasilkan turbin
dan daya netto siklus.
Jawab
Pertama-tama gambarkan skema siklus Rankine sederhana dan lengkapi dengan data-data yang ada di dalam soal
Gambar 7 data dari soal
Ditanya : kerja turbin (Wt); Kerja pompa (Wp), kalor masuk (Qin), kalor keluar (Qout), efisiensi termodinamika (ηth), daya turbin (Pt) dan daya netto siklus (Pnett).
Dari tabel sifat-sifat uap panas lanjut di dapat :
Entalpi uap masuk ke turbin : h1 = 3139,4 kJ/kg
Entropi uap masuk ke turbin : s1 = 6,3658 kJ/kg.K
Entropi uap keluar turbin sama dengan entropi uap masul turbin (proses ideal atau isentropis) sehingga s1 = s2 = 6,3658 kJ/kg.K
Dari tabel uap jenuh, pada tekanan 0,1 bar (10 kPa) didapat :
Entalpi fase uap (hg2) = 2583,9 kJ/kg
Entalpi fase cair (hf2) = 191,81 kJ/kg
Entalpi perubahan fase (hfg2) = 2392,1 kj/kg
Entropi fase uap (sg1) = 8,1488 kJ/kg.K
Entropi fase cair (sf2) = 0,6492 kJ/kg.K
Entropi perubahan fase (sfg2) = 7,4996 kJ/kg.K
Fraksi (kadar) uap (X) dapat dihitung :
Artinya
kadar uap yang keluar dari turbin menuju kondensor adalah 76,22 % atau
fluida yang keluar dari turbin 76,22 % uap dan 23.78 % cair. Bagian yang
cair ini tidak perlu lagi diembunkan, tetapi 76,22 % uap ini yang harus
dibuang kalornya supaya fasenya berubah menjadi cair. Maka energi total
yang terkandung di dalam 76,22% uap dapat dihitung :
Maka kerja turbin dapat dihitung yaitu :
Daya turbin adalah :
h3 adalah entalpi air yang keluar dari kondensor = 191,81 kJ/kg
maka kalor yang dibuang oleh kondensor adalah :
ν = volume jenis air pada tekanan 0,1 bar = 0,00101 m3/kg
p4 = tekanan air keluar pompa = tekanan boiler (proses ideal tidak ada rugi-rugi tekanan) maka p4 = p1 = 400 bar = 40 Mpa.
p3 = tekanan air masuk pompa = tekanan air keluar kondensor, untuk proses ideal tidak ada rugi-rugi tekanan sehingga p3 = 0,1 bar = 10 kPa
maka kerja pompa :
h1 = entalpi uap panas lanjut keluar dari boiler = 3139,4 kJ/kg
h4 = entalpi air keluar pompa yang besarnya = entalpi air masuk pompa + kerja pompa, maka h4 = 191,81 + 40,3899 = 232,1999 kJ/kg
maka kalor yang masuk ke sistem adalah :
Daya yang dihasilkan Boiler : PB = 2900,2 kJ/kg x 100 kg/s = 290.020 kW = 290,02 MW
Efisiensi termodinamika siklus adalah :
Dari hasil perhitungan dapat dilihat hanya 37,37 % dari daya yang
diberikan ke dalam boiler yang dapat diubah menjadi energi mekanis,
sisanya hilang atau dibuang ke alam melalui kondensor dan ada sebagian
kecil yang digunakan untuk mengerakan pompa.
Source : djukarna.wordpress.com
SIKLUS OTTO
Siklus Otto adalah siklus thermodinamika yang paling banyak digunakan
dalam kehidupan manusia. Mobil dan sepeda motor berbahan bakar bensin
(Petrol Fuel) adalah contoh penerapan dari sebuah siklus Otto.
Secara thermodinamika, siklus ini memiliki 4 buah proses
thermodinamika yang terdiri dari 2 buah proses isokhorik (volume tetap)
dan 2 buah proses adiabatis (kalor tetap). Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat diagram tekanan (p) vs temperatur (V) berikut:
Proses yang terjadi adalah :
1-2 : Kompresi adiabatis
2-3 : Pembakaran isokhorik
3-4 : Ekspansi / langkah kerja adiabatis
4-1 : Langkah buang isokhorik
Beberapa rumus yang digunakan untuk menganalisa sebuah siklus Otto adalah sebagai berikut :
1. Proses Kompresi Adiabatis
T2/T1 = r^(k-1); p2/p1 = r^k
2. Proses Pembakaran Isokhorik
T3 = T2 + (f x Q / Cv) ; p3 = p2 ( T3 / T2)
3. Proses Ekspansi / Langkah Kerja
T4/T3 = r^(1-k) ; p4/p3 = r^(-k)
4. Kerja Siklus
W = Cv [(T3 – T2) – (T4 – T1)]
5. Tekanan Efektif Rata-rata (Mean Effective Pressure)
pme = W / (V1 – V2)
6. Daya Indikasi Motor
Pe = pme . n . i . (V1-V2) . z
Dimana parameter – parameternya adalah :
p = Tekanan gas (Kg/m^3)
T = Temperatur gas (K; Kelvin)
V = Volume gas (m^3)
r = Rasio kompresi (V1 – V2)
Cv = Panas jenis gas pada volume tetap ( kj/kg K)
k = Rasio panas jenis gas (Cp/Cv)
f = Rasio bahan bakar / udara
Q = Nilai panas bahan bakar (kj/kg)
W = Kerja (Joule)
n = Putaran mesin per detik (rps)
i = Index pengali; i=1 untuk 2 tak dan i=0.5 untuk 4 tak
z = Jumlah silinder
P = Daya ( Watt )
POMPA KALOR (HEAT PUMP)
Heat pump atau pompa kalor adalah suatu sistem yang
dapat menyerap kalor dari suatu tempat kemudian membuangnya di tempat lain.
Pompa kalor dapat digunakan sebagai pendingin jika memanfaatkan sisi penyerapan
kalor , inilah yang disebut dengan sistem refrigerasi. Sebaliknya pompa kalor juga dapat digunakan
sebagai pemanas jika memanfaatkan sisi pembuangan kalornya. Contoh sederhana
pompa kalor adalah air conditioner. Air conditioner menyerap kalor yang ada
diruangan kemudian membuangnya ke luar ruangan.
Untuk memahami prinsip pompa
kalor maka analogi pompa air dapat digunakan karena secara prinsip keduanya
tidak berbeda. Air secara alami akan
mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Untuk mengalirkan air
dari tempat yang rendah ke tempat yang tinggi dibutuhkan suatu alat
(pompa) dan usaha/kerja/energi dari luar
(mekanik). Dengan menggunakan pompa maka air yang ada di tempat yang lebih
dapat dihisap dan dikeluarkan di tempat yang lebih tinggi.
Pada kalor pun terjadi hal yang sama. Kalor
secara alami mengalir/berpindah dari temperatur yang tinggi ke temperatur yang
rendah. Tinggi atau rendahnya temperatur merupakan salah satu indikasi besarnya
energi kalor yang dimiliki suatu zat. Semakin tinggi temperatur maka semakin
tinggi energi kalornya. Untuk memindahkan kalor dari tempat yang temperaturnya
lebih rendah maka dibutuhkan sistem pompa kalor. Seperti halnya pompa air,
untuk menyerap kalor dan membuang kalor dibutuhkan kerja/usaha/energi dari
luar. Biasanya proses pompa kalor digambarkan seperti dibawah ini.
Dimana Ts
adalah suhu lingkungan, Tc adalah temperatur pada sisi penyerapan
kalor, Th adalah temperatur pada sisi pembuangan kalor, W adalah
kerja dari luar, Qc adalah kalor yang terserap dan Qh
adalah kalor yang dibuang.
Pada saat tidak ada W yang bekerja maka temperatur Ts, Tc, dan Th adalah sama (Ts=Th=Tc) dan tidak ada proses perpindahan kalor diantaranya. Begitu ada kerja W dijalankan maka Tc menjadi lebih rendah dibandingkan dengan Ts. Oleh karena itu energi kalor yang berada di sekitarnya terserap oleh sistem ini. Kalor yang terserap ini dibuang ke sisi Qh sehingga temperatur Th menjadi lebih besar dari Ts. Pada keadaan ini maka Tc < Ts < Th. Hubungan antara kalor yang diserap dan dibuang mengikuti persamaan:
Untuk menunjukkan sebarapa baik performa
dari suatu pompa kalor, maka dikenal dengan istilah COP (Coefficient of
Performance) atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan koefisien kinerja. COP
ini merupakan perbandingan antara output yang digunakan dengan input yang
diberikan. Pada pompa kalor, input adalah kerja dan output dapat merupakan
penyerapan kalor atau pembuangan kalor. Jika pompa kalor digunakan sebagai
pendingin (Refrigerasi) maka output adalah penyerapan kalor. Sebaliknya, jika
pompa kalor digunakan sebagai pemanas (heater) maka outputnya adalah pembuangan
kalor. Oleh karena itu COP diekspresikan dengan:
- Untuk pendingin:
oleh karena
maka:
- Untuk Pemanas
atau
Dua jenis sistem
pompa kalor yang sudah di komersilkan secara luas adalah sistem refrigerasi
kompresi uap (SRKU) dan thermoelectric. SRKU merupakan sistem yang paling
banyak ditemui di dalam kehidupan sehari-hari, sepeti Air conditioner (AC) dan
lemari es. Keunggulan dari SRKU adalah COPnya yang sangat tinggi. Hal inilah
yang menyebabkan teknologi ini belum bisa digantikan oleh teknolgi lain.
Walaupun demikian, SRKU membutuhkan banyak komponen dan kurang bisa diterapkan
di tempat yang kecil.
Jenis pompa kalor thermoelectric sering dijumpai sebagai pendingin
elektronik seperti prosesor. Keunggulan teknologi ini adalah ukurannya
yang kecil , sangat mudah diterapkan dan cukup dicatu dengan listrik
searah (DC). Namun COPnya masih sangat kecil dibandingkan dengan SRKU.
Sebenarnya
ada beberapa jenis lain yang dapat digunakan sebagai sistem pompa kalor
namun sulit untuk dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, yaitu: sistem
refrigerasi absorpsi, thermoacoustic, thermomagnetic, dan tabung vortex.
Oleh: Tri Ayodha Ajiwiguna
Langganan:
Postingan (Atom)